Kerja Praktek Bikin Galau #2

Perjalanan gue dalam mencari tempat kerja praktek (KP) pun kembali berlanjut. Setelah kenyang di PHP-in oleh salah satu perusahaan di Bandung. Kini gue belajar untuk lebih selektif lagi dalam mencari tempat KP. Di samping belajar untuk lebih cermat dalam memilih, gue juga belajar ilmu kebatinan: TDMMBMCH (Tegar Dalam Menghadapi Berbagai Macam Cobaan Hidup). Ya, ini sebagai wujud kewaspadaan dari gue manakala nantinya di PHP-in lagi.

Berbeda dengan sebelumnya, pencarian tempat KP yang kedua ini gue lakuin dengan tim, yaitu dua teman sekelas gue sendiri, Fatra dan Uda.

Gue rasa buat kalian yang baru baca tulisan ini, mungkin agak kebingungan dengan apa yang gue tulis di atas. Jadi, saran dari gue, ada baiknya kalo kalian baca dulu bagian yang pertamanya, biar nyambung gitu.

Setelah tak kunjung-kunjung di kabarin dari calon tempat KP yang pertama, gue langsung bergerak cepat untuk mencari tempat KP yang baru, bahasa gaulnya: move on.

Di waktu yang bersamaan, temen gue, Fatra dan Uda juga mengalami hal yang serupa dengan gue. Ibarat kata, sudah jatuh tertimpa Mulan Jameela, kami pun memutuskan untuk bergabung menjadi satu tim dalam KP ini. Tim ini kami beri nama: PMMGBDTKP (Perkumpulan Mahasiswa Masih Galau Belom Dapet Tempat Kerja Praktek).

Nggak usah di hapalin deh yang singkatan-singkatan itu. Bahaya. Bisa-bisa entar lo kena stroke ringan lagi. Hmm...

Sekedar informasi aja nih, Fatra sama Uda adalah mahasiswa rantau. Fatra berasal dari Tanjung Enim (salah satu daerah di Sumatera Selatan), sedangkan Uda... dari namanya saja tentu kalian semua sudah tahu dia berasal dari mana. Yak, betul, dia dari Timor Leste. (Woi koreng, yang namanya Uda itu dari Padang!). Iya, iya sorry… maksud gue Padang. *ngutilin koreng*

Ada rasa yang lumayan bikin gue tenang setelah ngebentuk tim KP ini. Gue merasa lebih ringan dalam mencari tempat KP karena ada yang nemenin. Dan kalo pun nantinya masih belom juga ada perusahaan yang mau nerima gue untuk KP di tempatnya, ya nggak apa-apa. Karena setidaknya, sekarang gue udah punya temen sepenanggungan untuk merasakan indahnya sedih bersama-sama :(

Target calon-bakal tempat KP yang ke-2 ini adalah salah satu perusahaan provider telekomunikasi terbesar di Indonesia, Telkomsel.

Seperti biasa, sebelum mengajukan berkas proposal KP ke Telkomsel. Gue selalu berusaha untuk sebisa mungkin survei (baca: nyari channel) di perusahaan itu. Ya, namanya juga usaha, siapa tahu ada orang yang bisa bantu gue buat KP di sana. Aamin.

Singkat cerita. Gue bertemu dengan salah seorang staff IT di Telkomsel, sebut saja Boni, di salah satu cafe di kota Palembang. Saat itu dia lagi sibuk makan, sedangkan gue sibuk ngemis minta makan. Dari pertemuan itu, gue di iming-imingin bakal cepat kaya, sebulan gue bisa dapet duit 10 juta, endingnya gue bisa beli kapal pesiar. Eh.. nggak-nggak, ini bukan MLM. Inti dari pertemuan gue sama orang itu adalah gue mendapat sebongkah harapan (baru) untuk gue kabari ke tim gue. Harapan mendapat tempat KP. Yeah!

Di waktu yang bersamaan, tanpa sepengetahuan gue, ternyata temen sekelas gue yang lain juga ada yang mengajukan KP di Telkomsel. Hebatnya lagi, mereka telah mengajukan proposal lebih awal dari kami. Hebatnya hebatnya lagi, kami belom ngurus apa-apa.

OH TUHAN...

Belajar dari pengalaman, gue mencoba untuk tetep tenang menanggapi hal semacam ini. Seakan Dewi Kwuan In datang dari khayangan cuma buat ngajakin gue dinner, gue pun menyadari satu hal bahwasanya kantor Telkomsel ada di beberapa lokasi di kota Palembang dan bisa saja mereka mengajukan di kantor Telkomsel yang berbeda dengan tim gue pikirkan. Oke, gue emang kelewat cerdas.

Sepengetahuan gue, kantor (besar) Telkomsel di kota Palembang ada di tiga buah lokasi, di antaranya: Demang Lebar Daun, Veteran, dan lokasi yang paling terbaru ada di MDP Store Lantai 5 dan 6. Melihat kondisi yang seperti ini, gue optimis sebongkah harapan itu masih ada buat gue dan temen-temen gue.

Selasa, 8 April 2014. Pagi hari, sebelum perkuliahan di mulai. Gue bersama tim gue melakukan rapat kecil, membahas lebih lanjut soal pengajuan proposal KP di Telkomsel. Rencananya di hari itulah, sehabis pulang kuliah nanti kami akan langsung mengirimkan proposalnya. Berhubung gue berdomisili di kota Palembang, alhasil gue pun di tunjuk oleh tim gue untuk mengirimkan proposal KP ini. Dari rapat kecil itu juga, kami memutuskan mengajukan proposal KP ke kantor Telkomsel yang berlokasi di Demang Lebar Daun. Dengan alasan yaitu berkaca dari tahun kemarin, dimana ada kakak tingkat kami yang juga KP di sana.

Dalam pembuatan proposal KP ini, Uda sangat berperan besar. Hampir 80% isi dari proposal, semua Uda yang nyelesain. Dan kalian tahu bagaimana hasilnya? Yak, berantakan. Ada beberapa poin yang isinya asal-asalan. Contohnya data diri gue. E-mail gue salah, nomor handphone gue salah, celana dalam gue salah, banyak salahnya deh. Padahal di dalam proposal itu gue di tunjuk sebagai ketua tim. Oke, Uda, lo kelewat cerdas.

“Da, e-mail sama nomor handphone gue salah nih di proposal? Aman nggak ini?!!” Seru gue ke Uda dengan mata melotot, hidung kembang-kempis persis kayak Mak Lampir lupa pake BH.

“Tenang. Itu nggak apa-apa. Percaya deh sama gue” Cengir Uda ke gue kayak Kuda.

“Tapi, Da, data ini kan pent…”

Belom selesai gue ngomong, jari telunjuk Uda langsung hinggap di bibir gue. Lalu, jempolnya masuk ke lobang hidung gue. Entah ini mau nyuruh gue diem, apa mau membunuh gue secara romantis. Tapi satu hal yang terjadi saat itu, suasana mendadak langsung hening. Gue pun megap-megap minta oksigen.

….

Dari pagi sampai kuliah selesai (jam setengah 2 siang). Gue tegang sepanjangan. Bukan tegang karena ngebayangin seadainya Taylor Swift dateng ke Indonesia naik odong-odong, tapi gue tegang karena mikirin soal proposal yang isinya berantakan ini.

Di perjalanan pulang, gue bertemu Tya, Putri, dan Dwi. Mereka bertiga adalah temen gue yang juga mengajukan proposal KP di Telkomsel.

“Eh, Nyol, kenapa lo? Mukanya kok tegang amat gitu?” Tanya Dwi ke gue.

“Oh, nggak apa-apa, Wi. Emang udah dari bawaan lahir, muka gue kayak gini. Hehehe” Jawab gue untuk menghibur diri. Padahal dalam hati gue mau bilang “Iya nih, Wi. Muka gue emang lagi tegang, gara-gara titit gue kejepit tang, makanya tegang” pengennya sih ngomong kayak gitu.

“Jadi gimana KP kalian? Mau ngajuin kemana?” Celetuk Putri.

“Hari ini sih rencananya mau ngasih proposal KP ke Telkomsel” Jawab gue datar.

“Telkomsel? Wah.. berarti sama dong dengan kita” Seru Tya sambil nyengir. Nyengir Kuda.

“OH… JADI KALIAN TELKOMSEL JUGA? WAH NGGAK NYANGKA YA BISA SAMA?!!” Jawab gue girang, pura-pura tidak tahu padahal udah tahu.

“Eh, kalian mau ngajuin ke kantor Telkomsel yang dimana ya?” Tanya Dwi.

“Demang Lebar Daun!” Jawab gue dengan lantang.

“Demang Lebar Daun? Emang di sana masih jadi kantor untuk produksinya?” Celetuk Putri.

Berawal dari celetukan Putri inilah, perasaan buruk mulai menggerogoti gue.

“Bentar..bentar.. Kalian ngajuin proposal KP di kantor Telkomsel yang dimananya? Terus kalo yang di Demang Lebar Daun, emang kenapa?” Tanya gue serius.

“Kami di kantor Telkomsel yang baru, MDP Store lantai 5 dan 6” Jelas Tya.

“Waktu itu, pertamanya juga kami ngajuin ke Demang Lebar Daun, tapi katanya langsung ngajuin ke MDP saja. Akhirnya, ya kami urus ke MDP” Jelas Tya sejelas-jelasnya.

Dari penjelasan Tya itu, gue mendadak langsung lemes. Apalagi setelah Tya ngomong kayak gitu tiba-tiba saja dia dapet sms dari HRD Telkomsel. Isi pesannya adalah MEREKA DI TERIMA KP DI TELKOMSEL.

OH TUHAN… MAMPUS DAH KAMI…

Mendengar kabar itu, gue pun langsung mengurungkan niat untuk mengajukan proposal di hari itu. Gue pulang dan revisi proposal.

Malam harinya, gue coba telpon Boni. Menanyakan soal KP ini. Karena gue takut, jatah untuk kerja praktek di Telkomsel udah nggak ada lagi untuk periode bulan Juni-Juli. Kalo sudah nggak ada lagi, ya buat apa kami ngurus ke sana. Belajar dari pengalaman yang sudah-sudah.

“Kak, ini mahasiswa UNSRI yang waktu itu ketemu sama kakak. Masih inget kan?” Gue pake bahasa yang formal aja. Aku, saya, kamu, kami. Secara sudah agak kenal.

“Oh kamu. Ya, ingetlah. Kamu kan yang gangguin waktu saya makan kemarin itu?”

“…”

“Kak, jadi gimana ya, kira-kira masih ada slot nggak buat kami KP di telkomsel?”

“Ya, tentu bisa dong tapi kakak belom bisa pastiin sekarang ya..” Beginilah contoh kalimat-kalimat yang terindikasi PHP.

“Oh iya, kami ini ngajuin proposal KP-nya ke kantor Telkomsel yang dimana sih?” Gue teringet omongan Tya tadi sore.

“Ke kantor yang baru. MDP Store Lantai 5 dan 6”

“HAH?” Gue mangap sebesar benua Australia.

Akhirnya percakapan singkat lewat telpon itu gue selesaikan dengan ucapan yang agak menjijikan. “Oke deh kalo gitu. Makasih banyak ya kak atas informasinya. Besok, kalo kamu ada waktu kosong, kita ketemuan ya”.

Bersambung...

Update!
Yuk baca cerita selanjutnya di sini.

Tweet

Subscribe to receive free email updates: