Polisialan = Polisi + Kesialan

Tadi siang, sekitar jam 10 pagi. Gue bareng temen gue lagi otw ke kampus. Temen gue itu namanya Hafis. Berhubung kondisi badan gue lagi kurang sehat, jadilah gue ikut ngampus bareng dia. Bahasa gaulnya itu nebeng.

Di tulisan gue yang lama, gue sempet menulis tentang Hafis, bisa baca di sini deh. Saat ini emang kondisi kesehatan gue lagi terganggu, kurang makan, kurang tidur, kurang uang jajan, kurang kasih sayang dan belaian manja perempuan. Ya, bisa di bilang lagi nge-drop gitu. Mohon doanya aja ya biar gue cepet sembuh, setidaknya sembuh dari luka cinta lama gue *eaaa!*. 

Uhmm... polisial? Ada yang tahu?

Iye, kali ini gue mau nulis kejadian gue sewaktu bertemu dengan polisi + kesialan maka jadilah Polisialan.

Setiap denger namanya polisi, banyakan orang itu akan bertingkah segan. Polisi dianggap figur yang cukup di takutin di masyarakat, terutama anak-anak TK dan SD.

Dan menurut gue ungkapan itu lebih etis di beri kepada para polisi yang emang berlaku baik, tangguh, dan berwibawa.  Tapi apa jadinya dengan polisialan, mungkin ceritanya beda. Yang  tadinya segan, takut malah berubah menjadi enek, empet, jijik, dan makan sumpah. 

Hal ini dimulai jam 10 tadi pagi. Gue dengan Hafis lagi mau jalan menuju kampus. Biar cepet nyampe kampus, kami lewat jalan belakang namanya jalan Musi Dua. Jalan itu biasa dilewati truk-truk besar. Kalo lewat jalan itu serasa lagi syuting film transformer aja. Saking gede-gedenya mobil yang lewat. Biasanya jalan itu jarang ada razia, nah anehnya, tadi pagi dilakukan razia dalam skala cukup besar di jalan itu, hampir setiap kendaraan di stopin pak polisi. Dan sungguh sialnya kami ikut terkena dalam razia itu, bikin nyeseknya lagi, STNK motor hafis lagi di kantor polisi karena dia lagi ngurus mutasi pindah lokasi tempat bayar pajak motor, alhasil cuma di kasih surat jalan untuk sementara ini, dan bertambahlah kesialan… sial…sial…sial !

foto diambil setelah kami selesai di razia-in 

Proses razia pada kami cukup alot. Berikut reka ulangnya dalam bentuk dialog.

Polisi : “Prit…priit…pritt” (suara peluit dan tangan polisi menyuruh stop) “Selamat pagi pak…”

Kami : (Menepi ke pinggir jalan)

Polisi : “Oke pak, bisa perlihatkan surat menyurat motor…” (Mendekat)

Hafis : “Iya pak, ada…” (membuka dompet, menunjukkan surat jalan tadi)

Polisi : “Ini apa ?” (melihat surat itu)

Hafis : “Itu surat jalan pak, STNK motor saya lagi di kantor polisi….”

Polisi : “Kenapa di kantor polisi, hilang !”

Hafis : “Bukan pak, lagi ngurus mutasi”

Gue : “aaaaaaa….” (nelen ludah)

Polisi : “Oooo… SIM ada !”

Hafis : (ngerogoh dompet dan ambil SIM) “Ini pak…”

Polisi : “Wah…gini pak, kalo lagi ngurus mutasi. Motor tidak boleh di pake jalan dulu pak”

Hafis : “Lah…kan ada surat jalan ? Itukan dari polisi juga, Kok gak bisa sih ?”

Polisi : “Oke, boleh kesana sebentar pak…saya jelasin. Temennya tinggal di tempat saja”

Hafis : “Bisa pak…” (berjalan ke pojok bersama polisi)

Gue : “aaaaaa….” (Nahan boker)

Setelah mereka berdua berada di pojok. Gue cuma bisa melihat dari jarak 4 meter. Dalam penglihatan gue, mereka kayak sok akrab, trus gue khawatir sama Hafis. Gue takut dia di grepe-grepe sama pak polisi, karena lagi mojok. Sekitaran 10 Menit, Hafis menghampiri gue dan nanya…

Hafis : “Nyol… ada uang 20ribu nggak ?”

Gue : “Ada fis, emang buat apa ?”

Hafis : “Kampret…polisinya minta uang 125ribu, buat damai… gue kurang uang nih, pinjem ya”

Gue : “Anjirrr bener ya…. Yaudah pinjem aja gak apa kok, inget bunga ya…” (senyum najong)

Hafis : “Kampret lu…..” (nyengir dan ketawa kecil)

Gue : “Becanda kok…. “

Habis minjem uang gue itu, Hafis kembali mojok dan gue kembali menyaksikan aksi pojok-pojokan seorang mahasiswa dengan polisi di pinggir jalan. Dan tidak lama dari itu, Hafis mendekati gue, bilang bahwa urusan selesai. Kami berdua langsung pergi. Dan ngobrol-ngobrol di atas motor sewaktu menuju kampus. Ternyata gak jadi Hafis bayar polisi itu seharga Rp.125Ribu tetapi cuma bayar Rp.20Ribu. Gue takjub sama Hafis, jago bener nego-negonya. Tapi gue pikir… mungkin tadi Hafis bukan jago nego-negonya tapi dia rela di grepe-grepe oleh pak polisi, oleh sebab itu harganya nurun, ehmmm…tidak lama kemudian, sampelah kami di kampus.

Gue juga 2 minggu yang lalu di tilang polisi. Untung gue lengkap, STNK, SIM, Helm, Spion, Sempak lengkap gue pake dan gue bawa… maka gue nggak keluar uang speser pun alias gue tertib mematuhi *ngerapiin dasi kemeja. Jadi gue sarani buat kalian yang berkendaraan motor, jangan lupa bawa surat-menyurat motor kalian saat kemana pun pergi sewaktu bawa motor. Ya… antisipasi jika ada razia mendadak, dan bertemu polisialan.

Ini yang gue maksud kenapa saat ini banyak orang yang memberi citra negatif ke polisi. Sebenarnya polisi itu bagus dan patut kita contoh, namun oknum seperti polisi lalu lintas (polantas) yang terkadang membuat semua berfikir jelek. Mereka seakan melakukan razia dalam rangka menertibkan plus-plus alias nyari uang tambahan bukan merazia demi menertibkan lalu lintas. Haaaaaaa… !

Kepala gue makin pusing nih, mau istirahat dulu. Terakhir... maaf ya pak polisi, kami cuma bisa kasih segitunya.

Pesan Moral:

Kalo pak polisi ngajak mojok sewaktu di tilang atau di razia, lo harus berhati-hati dan berdoa yang terbaik kepada Tuhan YME, jangan sampe mereka nge-grepe. Jangan lupa, selalu membawa surat-menyurat motor kalian sewaktu ingin pergi dengan kendaraan bermotor. Hukumnya wajib bagi yang sudah 18 tahun ke atas.

Tweet

Subscribe to receive free email updates: